Rabu, 02 Mei 2012

Sejarah Rosario

Rosario, merupakan salah satu doa non-Liturgi yang populer di kalangan umat Kristen. Melalui doa Rosario ini, umat Kristen merenungkan 15 peristiwa (sekarang, 20 peristiwa) karya keselamatan yang dilaksanakan oleh Allah Putra, Yesus Kristus, Tuhan dan junjungan kita. Dan setiap tanggal 7 pada bulan oktober, kita merayakan Hari Raya Rosario Suci (sejarah hari raya ini, sudap pernah di bahas pada Sejarah Bulan Maria Klik Disini) . Konon, beredar suatu ceritera, Rosario ini diberikan sendiri oleh Bunda Maria kepada Santo Dominikus, yang begitu mencintai Bunda Kristus (Santo Dominikus, adalah pendiri Ordo Pengkhotbah). Namun, ceritera ini tidak dapat dipertahankan, karena tidak adanya bukti historikal (bukti sejarah) / data sejarah yang menunjukkan bahwa kisah ini sungguh terjadi. 

Catatan sejarah, dimulainya praktik doa Rosario diambil dari kebiasaan para rahib pada kehidupan monastis dahulu (kehidupan monastis merupakan, upaya penyangkalan diri terhadap tujuan duniawi, dan dilakukan semata - mata untuk karya rohani). Pada masa itu, para rahib yang menjalankan kehidupan monastis, selalu mendaraskan 150 buah Mazmur (Doa Ofisi) sebagaimana yang tertulis di dalam Kitab Suci. Namun, tidak dapat disangkali, terdapat beberapa rahib awam yang tidak mampu membaca atau yang buta huruf, sehingga pendarasan 150 Mazmur ini digantikan dengan doa lain. Doa yang biasa menggantikan pendarasan 150 Mazmur ini adalah doa Bapa Kami (Pater Noster) ; mengingat doa Bapa Kami merupakan doa Gereja yang paling penting sejak awal mula. Para katekumenat harus menghafalkan doa Bapa Kami, selain doa Syahadat Para Rasul / Credo (dalam komunitas Gereja Protestan, dikenal sebagai Pengakuan Iman Rasuli). Untuk mengetahui, sudah berapa banyak doa Bapa Kami yang di daraskan, mereka menggunakan seutas tali bersimpul atau memiliki seutas tali bermanik - manik. Tali bersimpul ini, sering dipakai untuk menghitung doa Bapa Kami yang sudah di daraskan, maka tali bersimpul itu lazim disebut tali Pater Noster. 

Malaikat Gabriel, mengunjungi Maria.
Dari perkembangan sejarah devosi, kita dapat melihat sejak zaman dahulu, umat Kristen juga menaruh devosi yang tinggi kepada Bunda Maria. Dan devosi ini masih dijaga dan dipraktikkan oleh para rahib di dalam biara. Pada abad ke 11, sudah menjadi kebiasaan umat Kristen untuk memberikan salam jika mereka melewati patung / arca Bunda Maria, untuk menghormati makna yang ada / makna yang tertuang dari arca/patung itu ( "..'Salam, hai Engkau yang dikaruniai...." Lukas 1 : 28). Namun, pada masa itu, belum dikenal doa "Salam Maria" seperti yang kita kenal saat ini. Pada zaman itu, doa ini begitu singkat, hanya terdiri pada bagian pertama dan berakhir pada "...dan  terpujilah buah tubuhmu". Jumlah doa Salam Maria yang sempat didaraskan, juga dihitung dengan tali Pater Noster. Dan berkembanglah kebiasaan, menggantikan doa Bapa Kami ini dengan doa Salam Maria (dengan jumlah yang tetap, sesuai dengan 150 Mazmur yang didaraskan pada rahib). Pada masa itu, 150 Mazmur sudah dibagi menjadi tiga buah yang masing - masing terdiri atas 50 Mazmur, maka doa Salam Maria yang didaraskan oeh para rahib yang buta itupun dibagi menjadi tiga bagian dengan masing - masing terdiri dari 50. Rangkaian doa Salam Maria yang terdiri atas 50 itu, disebut juga dengan Korona/Mahkota.Kata ini mengingatkan kita akan hiasan bunga yang menyerupai mahkota, yang biasa diletakkan diatas kepala arca Bunda Maria. Bagian kedua doa Salam Maria, yaitu "Santa Maria Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu kami mati, Amin menjadi akhir dari doa Salam Maria resmi oleh Paus Pius V (1566 - 1572) ketika meresmikan penerbita doa Brevarium (doa harian Gereja) pada tahun 1568. Namun, baru pada abad ke XVII diterima oleh khalayak umum (umat Kristen). 

Maria mengunjungi Elisabeth
Bagian pertama doa Salam Maria yang menggambarkan peristiwa datangnya Malaikat Gabriel (Archangel Michael) kepada Bunda Maria dan kesanggupan Bunda Maria menerima Yesus Kristus di rahimnya, diambil dari Kitab Suci. Hal ini merupakan awal dari penjelmaan Allah menjadi manusia (inkarnasi), dan sebagai karya awal,penyelenggaraann keselamatan bagi umat manusia. Sukacita ini diungkapkan oleh Bunda Maria sendiri kepada Elisabeth, sanaknya (yang pada saat itu sedang hamil juga). Sejak abad ke 12, doa Salam Maria mulai diulang selama berlangsungnya doa untuk mengenang Lima Sukacita Santa Maria (Kabar Sukacita, Kelahiran Yesus, Kebangkitan Yesus, Kenaikan Yesus, dan Pengangkatan Maria ke Surga). 'Lima Peristiwa Sukacita' ini, ditambah  dengan peristiwa: Penampakan Tuhan (Epifani), Pentakosta atau Kunjungan kepada Elisabeth, sehingga menjadi 'Tujuh Sukacita Maria'. Pada abad XIII, Korona Ketujuh Sukacita Maria ini mulai diperbanyak oleh Ordo Fransiskan; kemudian pada abad XIII, sudah menjadi kebiasaan untuk merenungkan 'Limabelas Sukacita Maria'.

Pada Abad Pertengahan, umat Kristen mempunyai devosi yang sangat istimewa kepada 'Lima Luka Yesus', yaitu di tangan, kaki dan lambung. (bdk. Yoh 20:20). Selain itu teradapat pula devosi kepada 'Lima Penumpahan Darah Yesus', pada saat sakratulmautnya, ketika disiksa, ketika dimahkotai duri, ketika disalibkan dan ditikam lambungNya. Karena sejak dahulu Bunda Maria dipandang sebagai "peserta setia" dalam sengsara Yesus, maka tidak asing lagi, bahwa sejalan dengan devosi kepada Yesus yang mengalami sengsara, berkembang pula devosi serupa kepada Maria yang mengalami dukacita. Devosi itu dikembangkan oleh Ordo Fransiskan dan Serikat Hamba Maria. Maka, pada abad XIV berkembang devosi kepada 'Lima Dukacita Maria', ataupun 'Tujuh Dukacita Maria', yang dialaminya selama Yesus bersengsara dan wafat. Devosi kepada 'Tujuh Dukacita Maria' berkembang pesat di kalangan umat Kristen di Eropa sehubungan dengan menjangkitnya wabah sampar yang mengerikan di sana.

 Kebiasaan untuk menghubungkan doa Salam Maria dengan renungan mengenai sejumlah peristiwa Yesus, sudah ada sejak abad XIV. Terdapat pula kebiasaan untuk menambah kata-kata ". . . buah tubuhmu", dengan nama Yesus dan dengan sebuah kalimat pelengkap, misalnya, "Yang didera dengan kejam", "Yang dimahkotai duri", dan masih banyak lagi. Pada abad XV  seorang rohaniwan, bernama Dominikus mulai berkarya dan diberi julukan "dari Prusia". Dominikus merupakan seorang novis, yang sesuai dengan anjuran pemimpin biaranya, berusaha menggabungkan doa Rosario (yang terdiri dari 50 Salam Maria) dengan renungan mengenai kehidupan Yesus dan ibuNya. Pada tahun 1410, Dominikus menyusun 50 seruan penutup doa Salam Maria . Seruan-seruan penutup ini kemudian diterima dengan sukacita dan segera menjadi populer, baik dalam bahasa Latin maupun dalam bahasa Jerman. Seruan tambahan tersebut biasanya dibacakan oleh orang-orang yang melek huruf.

Pada tahun 1475, muncullah di dalam Gereja tarekat-tarekat religius yang mempopulerkan doa Rosario. Munculnya teknik percetakan, daftar lima belas peristiwa yang ditetapkan sebagai landasan renungan selama doa rosario, mulai dikenal di mana-mana. Sebuah buku kecil yang dicetak di Ulm pada tahun 1483 menganjurkan tiga rangkaian gambar, masing-masing memuat lima lukisan tersendiri, yaitu: Lima Sukacita Maria, Lima Penumpahan Darah Kristus, dan Lima Sukacita Maria sesudah bangkitnya Yesus. Inilah kelima belas peristiwa Rosario yang dikenal sekarang, kecuali dua yang terakhir, yaitu tertidurnya Maria dan Penghakiman Terakhir. Dalam buku kecil itu terdapat nasihat: ''Daraskanlah doa Salam Maria sambil memandang lukisan-lukisan ini!" Daftar tetap dari 15 peristiwa Rosario tersebut kemudian disusun di Spanyol pada tahun 1488. Daftar itu kemudian diresmikan oleh Paus Pius V, seorang biarawan Dominikan, ketika bapa Paus Pius V meresmikan doa Rosario sebagai doa Gereja non - Liturgi yang sah. Pada satu tahun sebelumnya, Pius mengesahkan teks doa Salam Maria yang sampai saat ini tidak pernah diubah.

Terdapat sejumlah mujizat yang mendorong Pemimpin Gereja untuk memberikan himbauan bahkan mendesak umat berdoa Rosario untuk memohon perlindungan Bunda Maria atas Gereja dari segala aneka "gangguan". Peristiwa terbesar yang melatarbelakangi penetapan tanggal 7 Oktober sebagai tanggal Pesta Santa Maria Ratu Rosario ialah peristiwa kemenangan pasukan Kristen dalam pertempuran melawan pasukan Islam, Kerajaan Ottoman dari Turki (baca artikel Sejarah Bunda Maria, Klik Disini)

Bunda Maria, doakanlah kami pada Yesus, Putramu terkasih

Sejarah Bulan Maria

Selamat memasuki bulan Maria kepada segenap anggota KD ESF dan Umat Katolik di seluruh penjuru dunia! Praying the Rosary with the joyful, luminous, sorrowful and glorious mysteries

 BULAN MEI
Bulan Mei dan bulan Oktober, adalah bulan khusus bagi Gereja Katolik. Dimana pada kedua bulan itu, Gereja Katolik menempatkan secara khusus suatu penghormatan yang ditujukan kepada Bunda Maria, Sang Perawan yang dikandung tanpa noda. Mungkinkah dalam benak saudara, bertanya - tanya ; mengapa bulan ini disebut sebagai bulan Maria ? Katekese ringan ini, akan membantu menjawab pertanyaan saudara. Sejarah dari bulan Maria sendiri, berasal dari Tradisi Suci yang berkembang di negara dengan empat musim. Bulan Mei, kerap kali dianggap sebagai awal kehidupan , karena pada bulan Mei ini, masyarakat menyambut musim semi dimana bunga - bunga bermekaran. Dan musim semi ini datang sesudah musim salju, dimana pada musim salju hampir semua aktivitas jarang ditemukan ; sehingga "tidak ada kehidupan " di tengah masyarakat yang hidup di negara dengan empat musim. Berakhirnya musim salju (dimulainya musim semi) menandakan dimulainya aktivitas masyarakat, sehingga terciptalah kehidupan yang berbeda dari musim salju.  Bulan " dimulainya kehidupan / aktivitas masyarakat "(bulan Mei) seringkali dihubungkan dengan Bunda Maria , yang adalah "hawa baru". Hawa sendiri berarti ibu dari semua yang hidup (Kej 3:20 "manusia itu memberi nama Hawa kepada isterinya, sebab dialah yang menjadi ibu semua yang hidup"). Bulan Mei yang didedikasikan sebagai bulan Maria ini, diperkenalkan pada akhir abad ke 13. Namun, praktek ini menjadi terkenal di kalangan imam Jesuit pada tahun 1700-an, dan kemudian menyebar ke seluruh Gereja.

Pada tahun 1809, para serdadu Napoleon menangkap Paus Pius VII dan akhirnya dipenjara. Di dalam penjara, Paus Pius VII berdoa kepada Yesus melalui dukungan doa Sang Bunda, agar ia dapat dibebaskan dari penjara dengan segera. Paus Pius VII berjanji, jikalau doanya itu dikabulkan, maka ia akan mendedikasikan suatu bulan dimana umat berdevosi secara khusus kepada Bunda Maria. Lima tahun kemudian, 24 Mei, Paus Pius VII dibebaskan dan kembali ke Roma. Pada tahun berikutnya, Paus Pius VII mengumumkan perayaan Bunda Maria Penolong Umat Kristen. Demikianlah, devosi kepada Sang Bunda semakin dikenal oleh masyarakat. Pada tahun 1854 ketika Paus Pius IX mengumumkan dogma "Maria Terkandung Tanpa Noda" (disebut juga Immaculate Conception), devosi kepada Bunda Maria semakin dikenal oleh Gereja Katolik.  Paus Paulus VI, dalam surat ensikliknya the Month of Mary menegaskan “Bulan Mei adalah bulan di mana devosi umat beriman didedikasikan kepada Bunda Maria yang terberkati,” dan pada bukan Mei, merupakan kesempatan untuk “penghormatan iman dan kasih yang diberikan oleh umat Katolik di setiap bagian dunia kepada Sang Ratu Surga. Sepanjang bulan ini, umat Kristen, baik di gereja maupun secara pribadi di rumah, mempersembahkan penghormatan dan doa dengan penuh kasih kepada Maria dari hati mereka. Pada bulan ini, rahmat Tuhan turun atas kita … dalam kelimpahan.” (Paus Paulus VI, the Month of May, 1)

BULAN OKTOBER

 Sejarah bulan Maria, pada bulan Oktober. Berkaitan dengan pertempuran yang terjadi di Lepanto pada tahun 1571. Pada pertempuran itu, kerajaan Ottoman (berasal dari Turki) menyerang umat Kristen yang tersebar di Eropa. Jumlah pasukan Turki ternyata melebihi pasukan Kristen Katolik Spanyol, Venesia, dan Genoa. Ancaman ini diluar dugaan. Untuk menghadapi situasi yang begitu mencekang ini, Don Juan (John) dari Austria yang menjadi komandan armada Kristen Katolik, memohon pertolongan melalui perantaraan Bunda Maria dengan mendaraskan doa Rosario. Bersama dengan Don Juan, umat Kristen Katolik diseluruh Eropa mendaraskan doa Rosario tiada henti. Pada 7 Oktober 1571, Paus Pius V bersama dengan umat Kristen berdoa Rosario bersama di Basilika Santa Maria Magiore. Doa didaraskan dari subuh, hingga petang. Doa Rosario terus didaraskan di Roma untuk mendoakan pertempuran Lepanto. Hal ini kelihatannya mustahil, namun pada tanggal 7 oktober, pasukan Kristen Katolik akhirnya memperoleh kemenangan dalam pertempuran Lepanto (Lepanto Battle). Kemudian, oleh Paus Pius V menetapkan peringatan Rosario dalam Misa Kudus di Vatikan setiap tanggal 7 Oktober. Kemudian, oleh penerusnya, Paus Gregorius XIII, menetapkan tanggal 7 Oktober sebagai hari raya Rosario Suci.

Amanat dari Peristiwa Lepanto Battle
Bunda Maria, "terbukti" telah menyertai Gereja dan umat beriman melalui doa Sang Bunda kepada Tuhan Yesus untuk menyertai kita yang berziarah di dunia ini. Tuhan Yesus Kristus telah menyerahkan Bunda Maria, ibuNya yang amat terberkati kepada Santo Yohanes, dan Santo Yohanes menjadi "anak" Sang Bunda (Yoh 19 : 26 - 27 , Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu !" Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.). Tentu pesan Tuhan Yesus ini, yang memberikan ibuNya kepada Santo Yohanes, tidak terbatas kepada Santo Yohanes, tentu juga Tuhan Yesus menyerahkan ibuNya bagi kita semua, untuk mendampingi, menyertai, dan mendoakan kita. Bunda Maria memainkan peranan penting sebagai "agen" karya keselamatan Yesus Kristus.